Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi
atas gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang.
Pada beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga
menyusun artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium
purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan
untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim — sesuatu yang wajib diketahui
apabila ingin bercocok tanam — atau memahami panjang tahun.
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus
dilakukan dari atas bangunan-bangunan atau dataran yang tinggi, semua
dengan mata telanjang. Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama
di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah,
orang-orang mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai
sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal
disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet (sekarang
disebut astrometri),
kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan
benda-benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan
asal usul Matahari, Bulan,
dan Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang
Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar mengelilinginya; model
semacam ini dikenal sebagai model geosentris, atau sistem Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).[9]
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-orang Babilonia. Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut siklus saros.
Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan
kemudian berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan
negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang bertujuan
untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk
fenomena-fenomena angkasa. Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak presesi,
juga menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya,
sekaligus membuat alat-alat penelitian astronomi paling awal seperti astrolab.
Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan utara sekarang masih
didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang
waktu itu mencakup 1.020 bintang.
Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca. 150-80 SM) juga berasal dari periode yang sama: komputer analog
yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada
tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah
sampai abad ke-14, ketika jam-jam astronomi mulai bermunculan di Eropa.
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam
dan beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan dibangunnya
observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9. Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal) dan mencatatnya dalam Book of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib).[19] Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom Mesir Ali bin Ridwan
dan sekumpulan astronom Cina yang terpisah pada tahun yang sama (1006
M).
Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan.[20][21] Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan Timbuktu juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium — melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara sebelum era kolonial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar